Aku
tak pernah mengerti rasa apa yang sedang kualami, seakan ingin marah dengan
keadaan yang sudah membuatku seperti ini. Keadaan yang membuat hati tak pernah
merasakan ketenangan sejati yang dulu pernah aku sedikit mencicipinya. Keadaan
yang semakin aku benci karena nasib yang memberiku kesempatan untuk bisa
mendekatimu dulu. Kenapa kisah itu kini hanyalah menjadi kisah lalu yang
membuatku menjadi terpuruk dengan keadaan, yang semakin menggerogoti hatiku
hingga semakin lama menjadi semakin melemah. Tidak akan menjadi pantaskah bila
aku dapat bersanding bersama seorang lelaki yang aku cintai? Atau memang aku yang tak akan pernah bisa
menemukan seseorang yang bisa menerimaku apa adanya?
Aku
percaya tak akan ada perpisahan jika pertemuan itu tak terjadi. Tapi haruskah
semua cerita ini hanya bertahan secepat ujung kuku yang memanjang dan harus
dengan cepat dipotong begitu saja. Sungguh aku tak pernah menyesali setiap
cerita yang pernah kamu rangkaikan untuk hariku, aku pun tak pernah menyesali
setiap perhatian kecil yang pernah kamu berikan untukku. Yang aku sesali
hanyalah tentang cerita singkat ini, cerita tentang kita berdua yang dulu aku
berfikir inilah kisah cinta terakhir yang dulu pernah kuimpikan sebelumnya.
Bisa membayangkan bagaimana perihnya asa dan rasaku ketika semua mimpi itu
musnah, bahkan tak ada sedikit saja yang tersisa sesudahnya.
Seandainya
kamu mengerti setiap jengkal yang sudah aku susun rapi dalam cerita kita adalah
sebuah tanda betapa rasa ini dulu menjadi semakin besar. Jika saja kamu tahu
setiap kumpulan-kumpulan sajak yang dulu pernah aku coretkan pada kertas bukumu
adalah pertanda abstrak jika hatiku telah berhenti di kamu. Namun sepertinya
kini setiap jengkal itu menjadi menghilang satu demi satu, dan setiap sajak
yang pernah kucoretkan, kini tidaklah menjadi coretan berharga yang dulu pernah
kamu pamerkan pada teman-temanmu. Dan akan dapat aku pastikan rasamu yang dulu
kupikir sama denganku, kini telah menghilang bersama waktu yang dulu pernah
mempersatukan kita.
Tak
pernah aku merasakan kesakitan yang begitu terasa menusuk ke jantung ini,
menyesakkan setiap helaan nafas yang semakin membuatku terpuruk dengan
hilangnya sedikit demi sedikit denyut nadi yang dulu pernah membuatku hidup dan
berseri. Pernah kamu merasakan kekosongan ini? pernah kamu merasakan kehilangan
bagian dari dirimu sendiri? Sedang kurasakan sekarang adalah kematian, kematian
rasa yang kini telah terkubur bersama impian-impian untuk menjalin kebahagia kita
bersama.
Sudahlah.
Mungkin hanya dengan ini kamu bisa merasakan betapa rasaku dulu pernah membara
padamu, rasa yang dulu kipikir adalah rasa terakhir dari segala rasa yang
pernah aku alami sebelumnya. Dan rasa yang dulu pernah membuatku menjadi
ketergantungan jika setitik saja bayanganmu berada diujung mata, hingga sakaw
rasaku jika fikiranku tak membayangkanmu walau sedetik saja untuk diam dan
berhenti mencintaimu.
Coba
pikir, mungkin hanya aku yang selalu ada didekatmu ketika kegundahan datang
merajaimu. Coba pikir, mungkin hanya aku yang rela datang untukmu ketika seribu
hati sedang meninggalkanmu hanya untuk keegoisan hati mereka sendiri. Coba
pikir, mungkin hanya aku yang merangkul jiwamu ketika ketertawaan mengjuhanimu.
Dan coba kamu pikir lagi, mungkin hanya aku yang rela menunggu rasa yang belum
tentu kamu pernah merasakannya.
Namun
ketika nanti aku telah menyatakan kesudahanku untuk menghentikan kegilaan rasa
ini, jangan pernah sedikitpun kamu mencoba kembali dan mencari rasaku yang
telah tersimpan dalam tumpukan kenangan lalu, yang tak akan pernah mau aku
membukanya lagi. Demi hati yang dulu pernah merekah bersama cinta yang bersemi
ketika aku bersamamu, dan demi rasa yang tak akan pernah terobati, ketika
dengan sadisnya kamu membakar gejolak hati yang sedang ingin merangkai kisah
indahnya. Aku menghentikan rasaku karena tak patut lagi jika keterpurukan terus
menenggelamkanku.
Selamat Tinggal Cinta, Semoga Kamu
Tenang Dan Bahagia Bersama Keegoisanmu Sendiri Disana.
galaaaauuuu neng... :p
BalasHapusgak juga :p
BalasHapus