Mau
salahkan aku tentang kejadian siang tadi di kampus? Silakan saja. Aku hanya tak
ingin melibatkan kamu menjadi orang penting dalam organisasi disini. Aku hanya
tak ingin membuatmu menjadi semakin kurus karena terlalu memikirkan hal yang
orang lain saja terkadang mengabaikannya. Dan aku hanya berusaha menjadikan
kamu sebagai seseorang yang bisa menghargai dirimu sendiri dulu.
“Yoli, apa maksudmu menolak semua ini?
dimana-mana setiap cewek pasti akan merasa bangga jika seseorang yang spesial
dalam hidupnya telah berhasil menjadi seorang pemimpin.”
“Sudah
cukup aku bangga dengan memilikimu, sudah cukup aku bangga karena bersanding
denganmu, dan sudah cukup aku merasa bangga dengan cinta tulus yang kamu
berikan untukku Aldi.” Ucapku dengan menahan setiap rasa yang membuat hati ingin
meneteskan air mata .
“Kamu
tau Yoli, ini satu-satunya posisi yang selama ini aku inginkan dan selalu
mencoba mempertahankannya. Tapi kenapa kamu tidak pernah menyetujuinya, apa
kamu bosan dengan kesibukanku? Apa kamu tak menginginkan aku bisa belajar
memimpin organisasi ini? Atau kamu yang ingin menggantikannya?” Ucapan yang
terdengar begitu menyayat perasaanku. Dan saat itu pula tangan ringanku
melayang dipipi merahnya.
“Apa
kamu pikir aku ini manusia penghianat Di? Apa yang akan kamu dapatkan dari ini
semua? Ketenaran? Kamu sudah cukup tenar dikalangan Mahasiswa disini. Lihat
dirimu sekarang Di, aku hanya tak ingin melihatmu menjadi semakin kurus,
semakin gila memikirkan tingkah-tingkah mahasiswa yang seharusnya mereka
sendiri sadar tentang kewajibannya menempuh kuliah dipeguruan tinggi.” Maaf
kini mataku mulai nanar.
“Lalu
bagaimana dengan usahaku selama ini Yol?” Ku dengar nada suara Aldi mulai
menurun.
“Terserah,
toh kamu juga sudah resmi untuk melanjutkan kepemimpinan itu kan? Karena satu
suara dalam musyawarah tidak akan menjadi apa-apa dibanding dengan ratusan
suara yang telah mendukungmu menjadi ketua senat dikampus ini.” Dengan tetesan
air mata aku meninggalkannya.
Sejak
kejadian itu, semua komukasi tentang Aldi musnah. Sudah 2 hari aku lewati tanpa
ada sms darinya, tanpa ada telephone darinya, dan tanpa mau bertatap muka
dengannya. Kita memang satu kelas, tapi aku selalu sengaja untuk datang
terlambat pada saat jam mata kuliah dan segera menenteng tas ketika jam perkuliahan
telah usai. Alasannya sederhana, karena aku masih takut untuk bisa menerimanya.
Menerima bertambah kurus badannya, menerima keluh kesahnya menghadapi persoalan
demi persoalan yang dihadapi mahasiswa, dan aku yang masih terlalu takut untuk
melihatnya tergolek lemah lagi di kamarnya. Hanya itu Aldi, hanya itu.
Aku
sadar ketika terdapat curi pandang yang melesat padaku, aku sadar ketika
terdapat rasa canggung yang mengguncang pada dirimu, dan menjadi sangat sadar
ketika terdapat rasa cemburu yang terpendam ketika kamu melihatku dengan
ekspresi manja dan sok manyunku dengan Andre, teman dekatku. Harus kamu tahu,
semua yang terjadi ini memang selalu aku sengaja. Hanya mencoba untuk
mencuri-curi sedikit perhatianmu, karena aku yang tak benar-benar menyalahkan
ini semua padamu.
“Sudah
cukup Yoli, jika kamu tak menginginkan jabatanku saat ini aku akan segera
melepaskannya. Aku hanya butuh kamu, bukan jabatan ini. Dan aku hanya ingin
kamu, bukan orang-orang diluar sana yang tak pernah peduli dengan nasib dirinya
sendiri.” Terdengar suara itu seakan menghantam jiwaku yang sedang asyik
bergerumbul bersama teman-temanku.
“Dasar
cowok gila, bukan itu maksudku selama ini Aldi.” Ucapku seraya pergi
meninggalkannya.
Aku
sengaja menjauhkan diri dari gerombolan teman-temanku itu karena aku yang
berharap Aldi akan segera membututiku. Syukurlah ternyata dia benar-benar
berada tepat dibelakangku. Dan ketika tiba disebuah lorong kampus yang kurasa sedikit
sepi aku mulai menghentikan langkah kakiku.
“Kamu
adalah satu-satunya lelaki tersulit yang pernah aku temui Di” Lalu aku
membalikkan badanku kearahnya “Tapi jika saat ini aku sedang dihadapkan dengan
banyak pilihan lelaki yang akan dengan gampangnya bisa membahagiakanku, maka saat
ini pula aku akan tetap memilihmu sebagai sosok yang sedang berusaha
membahagiakanku.”
“Lalu
harus dengan apa aku membuktikannya padamu Yoli..?”
“Tuh
kan, dasar cowok bodoh. Aku hanya ingin kamu yang bisa menjaga dirimu sendiri,
aku hanya ingin kamu yang bisa menjaga kesehatanmu sendiri, dan aku hanya ingin
kamu mampu berdiri kokoh meski banyak orang diluaran sana yang tak peduli
dengan segala peraturan-peraturan yang sedang berjalan di kampus ini.”
“Jadi
apa kamu masih mau menerimaku dengan jabatan yang sedang aku sanding saat
ini...?”
“Asal
kamu berjanji dengan apa yang sudah aku katakan tadi, aku masih mau
menerimanya.” Ucapku dengan senyum yang perlahan mulai aku kembangkan untuknya.
Seandainya
sudah tak ada lagi pembuktian-pembuktian yang romantis, akan kupersembahkan
segera untaian kata gila untuknya, untaian sajak terindah yang juga sudah
membuatku gila karenanya. Dan jika suatu hari akan ada kebahagiaan lain yang
sudah menunggumu diluar sana, pergilah...! Namun janganlah ada kerisauan yang
membuatmu berubah, karena rasa ini akan tetap sama. Rasa cinta yang akan
senantiasa mengisi setiap relung jiwa serta khayalan-khayalan terindah
tentangnya. Karena hanya cukup dia yang sudah membuatku bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar