Rasanya
memang sudah berubah. Sejak kebisuanmu menanggapi rasa yang mulai aku utarakan
padamu walau hanya melalui isyarat tubuhku. Sejak dinginmu mulai menusuk hati
yang hampir terisi ini. Dan sejak kedekatanmu dengan dia yang menjadi
penghalang rasaku untukmu. Apa bisa kamu merasakan berubahnya sikapku atas
semua ini? Apa bisa kamu menafsirkan asa yang mulai melebur ketika keadaan ini
menghancurkan hatiku? Ataukah kamu hanya mengartikan ini sebatas karena aku
yang mulai bosan denganmu? Jika itu menjadi landasan pemikiranmu, maka
kesalahan akan menjadi teman terbaikmu.
Seumpama
kumbang kamu menghampiriku dulu. Mendekatiku secara perlahan, mempesonakanku
hingga aku mulai terjerumus dalam buaian. Menyentuh dan mulai memasuki relung
hatiku yang kosong, sepertinya memang menjadi senjata ampuh darimu, hingga
terbang rasaku jika bersamamu. Aku sadar, kumbang tak akan bisa hanya bertahan
pada satu bunga yang kuncup. Akupun menyadarinya, jika masih banyak seribu
bunga yang siap mekar diluar sana, hingga takkan mungkin bagiku menahan kumbang
itu untuk menunggu kuncupku yang belum pasti akan mekar.
Tahukah
kamu tentang begaimana rasa hati yang selalu padam ketika aku melihat
kedekatanmu dengan seribu bunga itu? tahukah kamu bagaimana arti pandangan
mataku yang seakan berpura-pura tegar menghadapinya? Bahkan kurasa kamu tak
pernah merasanya. Rasa yang sudah membelengguku hingga terasa sulit bagiku
untuk memadamkannya, jika semua yang kau rasa bukanlah rasa yang sedang kurasakan,
maka silakan saja kamu pergi dan biarkan aku sendiri yang menikmati perasaan
yang tak pernah kamu miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar