Rabu, 13 Februari 2013

Boneka Kenangan



Adi hanya bisa diam melihat sebuah boneka yang saat ini ada dihadapannya. Yach, boneka itu adalah milik Dila, kekasihnya yang telah tiada. Boneka kesayangannya disaat dia masih ada di dunia. Dan Dila menitipkan boneka itu kepada Adi, sebagai saksi bisu tentang perjalanan hidup dan cinta mereka.
****
            Adila, itulah sebutan teman-temannya yang diambil dari gabungan nama Adi dan Dila. Pasangan yang begitu serasi hingga membuat orang-orang disekitarnya menjadi iri apabila mereka melihat kedekatan Adi dan Dila. Bisa dibilang Adila adalah salah satu dari beberapa nominasi pasangan terserasi di kampus ini.

            Dila cewek cantik, pinter, supel dan baik hati ini adalah kekasih tersayang dari Adi cowok yang keren, pinter dan baik hati pula. Tak ada yang tak mendukung hubungan mereka, bahkan para dosen yang mengenal merekapun ikut senang dan begitu mensuport hubungan ini.
            Pasangan yang saling mengerti dan memahami satu sama lain, dan tak pernah sekalipun mereka terlihat ribut atau saling bertengkar didepan apalagi dibelakang teman-temannya.
****
            Setelah jam mata kuliah selesai.
“Ami, kayaknya nanti Abi gak bisa nganterin Ami pulang kerumah deh. Soalnya Abi selesai ini ada acara sama teman-teman Abi. Maaf ea Mi…!”
 “ouh, gak apa kog Bi, Ami ngerti. Nanti biar Ami pulang sendirian aja gag papa kog. Abi tenang aja deh.” Jawab Dila dengan tenang.
 “Ami gak marah kan..?”
Iya sayang, Ami gak marah kog.” Jawab Dila dengan mengembangkan senyum ketulusannya.
Tapi sebenarnya Abi itu, berat banget buat biarin Ami pulang sendirian. tapi ya gimana lagi Mi. maafin Abi ea Mi…!”
Iya Abi, Ami gak papa kog. Ami bisa kog pulang sendirian.”
Sekali lagi Dila mengembangankan senyumannya, hingga membuat Adi yakin untuk merelakan kekasihnya itu pulang sendirian.
Makasih ea sayang. I love You..!”
Iya Abi sayang. I love you too.
Itulah kata-kata yang tak pernah lupa mereka ucapkan setiap hari “I Love You” hingga membuat para mahluk hidup disekitarnya menjadi iri untuk mendengarnya.
Akhirnya Dila pulang menuju rumahnya sendirian, karena Adi yang tak bisa mengantarnya pulang. Ketika Dila sudah berada di halte depan kampusnya, Dila bertemu dengan Isma, teman sekelasnya.
Sendirian Dil…?” Tanya temannya.
Iya nih, Adi gak bisa nganter.”
Kenapa..?”
Ya, katanya sih lagi ada acara sama teman-temannya.”
Ya udah, bareng aku aja Dil, kebetulan aku lagi bawa motor nih.” Ajak temannya itu.
Emz, emangnya aku gak ngerepotin nih..?”
Halah, gak papa kog Dil. Daripada kamu pulang sendirian, mending pulang bareng aku aja ya…!”
 Okeh deh.” Dilapun akhirnya menyetujui ajakan temannya itu.
Pada awal perjalanan semuanya baik-baik saja, dan tak ada sedikitpun firasat buruk terhadap mereka. Tak  disangka, setelah ditengah perjalanan, Dila dan temannya itu mengalami kecelakaan. Motor Isma tiba-tiba oleng dan menabrak mobil yang ada di samping kanannya.
Bbrruuakk…”
Mereka  jatuh kekiri dan kepala Dila terbentur trotoar jalan. Saat itu keadaan Isma baik-baik saja, tapi nasib naas menimpa Dila yang saat itu tidak memakai helm. Kepalanya bocor dan mengeluarkan begitu banyak darah, hingga Dilapun tak sadarkan diri, dan warga sekitar kejadian langsung membawanya kerumah sakit terdekat. Seandainya saat itu Dila memakai helm, mungkin dia hanya mengalami beberapa cedera ditubuhnya.
****
            Mendengar berita kecelakaan yang dialami Dila, seketika itu Adi langsung meluncur kerumah sakit tempat Dila dirawat, dengan penuh kekhawatiran. Bagaimana tidak..? kekasih yang begitu dicintainya, sekarang sedang terbaring lemah di ruang UGD. Isma, yang saat itu keadaannya baik-baik saja hanya bisa diam menyesali atas apa yang telah terjadi terhadap mereka.
            “Di, mafin aku ya..! harusnya aku tadi lebih hati-hati ngendarain motornya.” Kata Isma dengan penuh penyesalan.
Ya sudahlah, toh semuanya juga sudah terjadi Is, do`akan ya, semoga Dila keadaannya baik-baik saja.”
Iya Di, pasti. Pasti aku bakal do`ain Dila.
Makasih ya Isma.
Isma hanya bisa tersenyum getar, karena masih tersirat rasa bersalah didalam hatinya.
            Akhirnya Dila siuman, tetapi dia merasakan sakit yang begitu luar biasa dikepalanya. Usut punya usut, ternyata kata dokter terdapat pembekuan darah dikepalanya.
Kenapa ini semua terjadi sama aku…?” Sambat Dila dengan tangis yang tertahan.
Yang sabar ya Mi, Abi janji bakal tetep ada disamping Ami terus kok..! Ami yang  sabar ea…!”
Meski berusaha tegar didepan Dila, tetapi jauh didalam hati Adi, dia merasa sangat bersedih melihat keadaan kekasih yang sangat dia cintai menderita karena menahan sakit itu.
“Ami sabar, insya Allah semuanya akan baik-baik saja, dan pembekuan darah yang ada dikepala Ami secepatnya akan diatasi sama dokter. Tapi yang penting Ami sekarang tenangkan pikiran Ami, Ami buat tidur aja ya biar gak sakit..!”
Dilapun akhirnya menuruti permintaan Adi, dan berusaha untuk memejamkan matanya meski masih terasa sulit karena rasa sakit itu masih dia rasakan sampai saat ini.
            Sejak kecelakaan itu, Dila sudah mulai membiasakan diri untuk berteman dengan rasa sakit yang ada dikepalanya. Bahkan dia selalu membawa persediaan obat peredam rasa sakitnya dimanapun dia berada, karena rasa sakit itu selalu datang secara tiba-tiba hingga Dilapun tak bisa meramalkan kapan dia akan merasakan rasa sakit itu.
Pada saat dia sedang menghadiri pesta ulang tahun temannya bersama Adi.
Met ultah ea ris, semoga di usiamu yang ke 19 tahun ini kamu jadi semakin dewasa, pinter, dan.. apa ya..? oia, cepet dapet jodoh ya sayang…! Hehehe…” Ucap Dila yang masih sempat menggoda teman karibnya itu.
Ahg, kamu bisa aja Dil, tapi aamiin dan thanks ya udah datang kesini..!” Balas Risma dengan melontarkan senyum manisnya.
Ya udah, aku mau nyamperin Adi dulu ya. Kasihan dia sendirian.” Ucap Dila dengan senyum malu yang terlihat jelas dirona wajahnya.
Tau deh. Adila gitu, Adi dan Dila.
Ahg, kamu lebay deh Ris. Udah ya aku mau nyamperin Adi dulu..! bye Risma…!”
Ukeh dah…!” Balas Risma dengan senyumnya.
Dilapun akhirnya pergi meninggalkan Risma dan berniat untuk segera menyusul kekasihnya, tapi ditengah perjalanan rasa sakit itu muncul kembali dan...
Guubrak…!”
Seketika itu Dila pingsan dan tercebur di kolam renang yang ada persis disebelahnya. Sontak Adi yang melihat kejadian itu langsung berlari, menceburkan dirinya kedalam kolam lalu menolong kekasihnya itu dan langsung membawanya kerumah sakit. Dan begitu selanjutnya, sejak saat itu dimanapun Dila berada disitulah ada Adi yang selalu mendampingi. Karena Adi takut hal-hal buruk selanjutnya akan terjadi kembali pada diri Dila.
            10 Oktober 2010, ketika itu Dila baru menginjak usia 19 tahun. Ya, hari itu adalah hari ulang tahunnya. Tapi tak pernah sedikitpun Dila berniat untuk merayakan hari ulang tahunnya itu, karena dia tahu pasti hanya kehancuran pesta yang akan terjadi kalau tiba-tiba rasa sakit dikepalanya itu muncul. Untuk itu Dila tak ingin ada pesta ulang tahun untuknya. Tapi berbeda dengan Adi, sejak pagi dia sudah mempersiapkan segala hal untuk merayakan ulang tahun sang kekasihnya, meski itu hanya kecil-kecilan.
“Mi, ntar sore Ami ada waktu untuk kita berdua kan..?” Tanya Adi disela-sela kegiatan kampusnya.
Emz, kebetulan hari ini Ami lagi nganggur. Jadi Insya allah ntar sore bisa deh kayaknya, memangnya ada apa sih Bi…?”
 “Abi mau ngajak Ami untuk makan malem sekaligus ngerayain ulang tahun Ami, ya meskipun cuma kecil-kecilan sih Mi.
Ahg Abi, gag usahlah pake` acara begituan. Mending uangnya buat beli buku aja deh Bi, lebih bermanfaat…!”
Enggak apa kok Mi, lagian ini cuman sekali dalam setahun kan. Ntar Abi jemput ya..!”
Tapi Bi…”
Udah pokoknya jam 5 sore nanti Ami harus udah siap..!” potong Adi disela pembicaraan Dila.
Hmm, ukelah. Tapi ntar pulangnya gak usah malem-malem ea..!”
Rebes deh Amiku sayang..!” ucap Adi sambil sedikit mencolek dagu Dila.
Adi merayakan hari ulang tahun itu secara “kecil-kecilan”, karena tempat yang dia sewa itu adalah tempat yang kecil dan hanya khusus untuk berdua. Dia menyewa  satu gazebo di rumah makan yang tepat disebelahnya terdapat kolam yang tak terlalu besar, tapi cukup untuk dibilang “so sweet”. Karena terdapat lilin-lilin kecil mengapung ditengah kolam tersebut dan membentuk tulisan “ABI Love Ami” cara sederhana tetapi begitu terhihat indah dan mengesankan.
Maaf ea Mi, Abi hanya bisa ngasih ini buat Ami. Tapi harus Ami tau, kalau Abi akan terus dan selalu mendampingi Ami sampai waktu berhenti dan takdir yang memisahkan kita berdua.
Ucapan Adi yang muncul dari dalam lubuk hartinya itu membuat Dila tak bisa mengucapkan sepatah katapun untuk menjawab kata-kata Adi, hanya tangis bahagia yang menetes di pipi meronanya.
Bagi Ami, ini sudah lebih dari cukup Bi. Makasih ya Abi.” Ucap Dila dengan mengembangkan senyumannya.
Oia Mi, Abi punya sesuatu nih buat Ami.
 Apalagi sih Bi..?”
Adipun mengeluarkan kotak kado yang dia simpan dibawahnya meja.
Coba buka deh..!”
Ini apa sih Bi..?”
Udah, buka aja..!”
Dilapun membuka kado itu, dilihatnya sebuah boneka minnie mouse kesukaannya, dan pada bagian leher boneka itu terdapat kalung yang bertuliskan “ADILA”.
Ini buat Ami Bi…?” Tanya Dila sedikit tak percaya.  
Adi hanya menganggukkan kepalanya. Tak bisa diceritakan betapa senang dan bahagianya hati Dila saat itu, betapa beruntungnya dia saat itu, memiliki kekasih seperti Adi. Sejak saat itulah boneka Minnie mouse pemberian Adi menjadi boneka yang sangat dia sayangi. Disaat santai, tidur, bahkan disaat dia dirawat dirumah sakitpun boneka itu yang selalu menemaninya.
****
            Sudah 1 tahun 3 bulan Dila menderita dan selalu menahan rasa sakit itu. Ternyata setelah diperiksakan kambali, pembekuan darah dikepalanya telah menghilang, tetapi terdapat penyumbatan darah di sel otaknya. Hingga kini Dila menjadi semakin lemah karena dikalahkan oleh penyakitnya.
Aku capek Bi, aku capek untuk melalui ini semua Bi.” Ratapnya pada Adi saat mereka berdua berada disebuah taman.
“Mi, Abi yakin kok. Ami pasti bisa melalui ini semua, Ami orangnya kuat dan gak pernah gampang menyerah, apapun itu penghalangnya.”
Tapi Bi, sampai kapan penyakit ini bakal tetep bersarang dalam diri Ami..? Ami sudah bener-bener gag kuat buat nahan ini semua.”
Air matapun perlahan tapi pasti terus membasahi pipi Dila.
“Abi tau Mi, ini semua memang gak gampang buat dijalani. Tapi Abi yakin, Ami akan tetap bisa bertahan untuk semuanya.” Hibur Adi sambil mengusap air mata Dila dan menyandarkan kepala Dila dibahunya.
Kalau saja bisa ditukar, lebih baik Abi aja yang menerima ini semua. Abi rela Mi.” lanjut Adi.
Enggak, biar ini semua menjadi derita Ami. Asalkan Abi selalu ada disamping Ami.”
Selalu Mi, Abi janji. Abi akan selalu ada untuk Ami, sampai kapanpun itu.”
            Hari ini adalah hari terpenting untuk Adi dan Dila. Pasalnya hari ini adalah hari dimana Adi mengikat hubungan mereka dengan melangsungkan acara pertunangan. Pesta pertunangannya begitu mewah dan meriah, karena Adi adalah anak tunggal dari salah satu pengusaha sukses dikotanya. Tak ada yang tak bahagia dihari itu, tak ada yang menampakkan wajah muram di pesta itu. Semuanya, bahkan para pelayan disanapun juga turut menikmati kebahagiaan disana. Adi berpenampilan bak seorang pangeran yang gagah, sedang permaisuri cantik itu adalah Dila. Begitu serasinya mereka, hingga semua mata hanya tertuju kepadanya.
Acara intipun dimulai.
Suadara-saudara yang berbahagia, malam ini kita semua akan menyaksikan bersama-sama atas ikatan pertunangan sepasang kekasih Adi dan Dila. Langsung saja marilah kita saksikan acara penyematan cincin pertunangannya, baiklah saudara Adi silakan anda menyematkan cincin cantik itu untuk saudari tercinta Dila…!” Perintah sang pemandu acara, dan disaat itu pula Adi menyematkan cincin cantik itu kejari manis Dila lalu mencium keningnya.
Sekarang untuk anda saudari Dila, silakan anda menyematkan cincin ini untuk saudara Adi tercinta…!”
 Dengan senang hati Dila mengambil cincin dari tempatnya dan hampir menyematkannya pada jari Adi, tetapi lagi-lagi Dila merasakan sakit yang luar biasa itu muncul kembali, dan...
Guubrak”
Dila tak dapat menahannya lagi sampai akhirnya dia langsung jatuh pingsan. Dengan segera Adi membopong Dila dan membawanya kerumah sakit. Disana, didalam ruang UGD itu, Dila mengalami fase kritis. Dila meminta dokter memanggil Adi untuk datang dan menemaninya.
Sayang, boleh aku minta sesuatu dari kamu..!” Kata Dila dengan nada mulai melemas.
Apa Mi…? Ami langsung ngomong saja sama Abi.”
“Bi, mungkin ini adalah akhir dari perjuangan Ami.”
Enggak Mi, Ami kuat, dan Ami pasti bisa melewati ini semua. Ami gak boleh ninggalin Abi Mi, Abi sayang Ami. Dari dulu, sekarang dan sampai kapanpun Abi akan terus mencintai Ami selamanya.”
“Abi, sekarang Abi silakan lanjutkan kehidupan Abi. Ami hanya ingin satu hal dari Abi, tolong ambil dan simpan baik-baik boneka Minnie mouse yang sudah Abi berikan untuk Ami. Tolong, simpan dan jaga baik-baik boneka itu ya bi. Karna Ami hanya ingin Abi bisa tetap mengenang Ami meski Ami sudah tak ada di dunia ini. Ami sayang Abi….”
Dila menghembuskan nafas terakhirnya disamping Adi. Adi, dia hanya bisa menangis dan berusaha untuk bangun dari mimpi buruk kehilangan kekasih tercintanya, tapi sayang semua yang terjadi bukanlah mimpi, tapi memang sebuah kenyataan dalam hidupnya.
****
            Sampai saat ini Adi selalu merawat dan menjaga boneka itu dengan baik, karena hanya itu yang bisa dia tunjukkan kepada Dila sebagai tanda bukti betapa dia mencintai Dila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar