Rabu, 13 Februari 2013

BUNGA Di Tepi Jalan



Sebuah pertemuan yang tidak disengaja, ternyata bisa menjadikan terjadinya sebuah hubungan. Entah itu dari hanya sebagai seorang teman, sahabat, bahkan ada juga yang seperti Bunga contohnya, sekarang menjadi calon isteri dari seorang cowok keren bernama Bima.     
Bunga, cewek manis yang pendiam, dan bisa dibilang kutu buku ini hampir tak pernah dianggap oleh teman-teman kuliahnya. Tapi dibalik itu semua dia sama seperti cewek-cewek yang lain, yang selalu bermimpi untuk menjadi seorang puteri. Tapi itu hanyalah sebuah mimpi, yang takkan pernah untuk menjadi nyata. Ya, hanya sebuah mimpi.  Sebab, bagaimana dia bisa mewujudkan itu semua…? Kalau diapun hanya sebagai “Bunga di tepi jalan” meski sebenarnya indah, tapi tak seorangpun  yang pernah menganggapnya ada.

Sedang Bima, siapa sich yang tak mengenalnya…? Ketua senat gitu, udah cakep, baik,  supel, pinter, berduit pula. Hemmz, tak ada yang tak mengenalnya. Bahkan hampir semua cewek dikampus itu jatuh cinta dan berlomba untuk bisa menjadi pacarnya. Untung motto hidup Bima adalah “aku gag mencari cewek untuk dijadikan pacar, tapi aku mencari cewek untuk dijadikan calon isteri” jadi hanya seorang “puteri” beruntunglah yang akan dipinangnya kelak.
****   
Saat itu, bunga sedang mengendarai motor bebek kesayangannya dengan bisa dibilang sedikit cepat. Sebenarnya dia mempunyai firasat buruk untuk motornya, tapi akhirnya bunga tak menghiraukan apa kata hatinya. Dan ternyata, jebret…! Ditengah jalan motor yang ditumpanginya oleng, ban motornya menindas paku yang ada didepannya.
Huft, dasar paku sialan. Siapa sih yang sengaja naruh paku ditengah jalan seperti ini…?” gerutunya sambil memaksakan diri untuk bersedia mendorong motor bebeknya ini.
 Tapi dasar nasib sudah sial, eh didekat-dekat jalan itu tak ada sama sekali tukang tambal ban. Dia sudah berusaha mendorong motornya kira-kira yah sekitar 500m dari tempat kejadian, tapi tetap tak ada yang namanya Tukang Tambal Ban, sampai akhirnya dia memutuskan berhenti di trotoar  untuk beristirahat. Sambil berpangku tangan dia mulai menggerutu lagi.
“Tuhan…! Malang sekali nasib hambaMu ini. Ban motor bocor, tak ada tukang tambal ban, tak ada dewa penolong pula. Lengkap sekali penderitaanku hari ini. Tuhan, tolong dong kirimin hambaMu ini malaikat penolong, pasti hamba sangat bersyukur sekali  kalau ada yang menolong  dan hamba pasti sangat beterima kasih sama dia. Tolong kabulkan do`a ku ya Tuhan..! Aamiin….”
Ternyata do`a orang teraniaya itu lebih cepat terkabulkan lho..! Apalagi sepertinya sang dewi amor sedang menghampirinya, karena ada cowok yang tiba-tiba berhenti pas didepan motor Bunga.  Secara kebetulan pula dia juga membawa motor tuh, setelah si cowok itu membuka helm yang sedang dipakainya keluarlah wajah asli  cowok tersebut. Deng deng… ternyata cowok itu adalah Bima. Bimapun segera mendekati Bunga
Kamu Bunga kan..? ngapain dijalan gini duduk sendiri..?”
Sontak Bungapun kaget saat dia tau ternyata si Bima mengenalnya.
Kog kamu tau namaku sich..?”
Bima balik bertanya pada Bunga “lho emangnya kenapa..? gag salah kan kalo aku kenal sama anak yang satu kampus dengan aku…?”
Ya tak apa sih sebenarnya, Cuma heran aja. Ternyata kamu kenal juga ya sama cewek yang kuper kayak aku gini.” Jelas bunga.
Agh, udalah gag usah pake acara ngebahas gitu. Gag penting. Oia, kamu kenapa sendirian disini..? terus motor kamu kenapa…?” Tanya si Bima dengan rada penasaran.
Ban motorku bocor. Dari mulai di depan kampus aku nyari-nyari tukang tambal ban, tapi pada tutup semua.”
Jadi kamu mulai dari depan kampus sampek sini jalan sama nuntun motor ini sendirian…?” Tanya Bima.
Ya, gimana lagi.” Jawabnya pasrah.
Tanpa pikir panjang, Bima pun langsung mendekati motor Bunga dan menuntun motor tersebut.
Hei, mau kau bawa kemana motorku.?” Sontak Bunga terkaget.
Ya aku bawa ke tukang tambal ban lah, udah bawa aja motorku..!”
Lha terus nanti gimana..?”  
Kamu ikutin aku dari belakang, pake motorku. Kita bareng-bareng nyari tukang tambal ban.
Akhirnya Bungapun menuruti kemauan Bima.
Sejak saat itu semuanya berjalan dan mengalir seperti air. Kini Bima sering, bahkan hampir setiap hari selalu “mengantar” bunga sampai depan rumahnya, meski “mengantar” dalam kutip karena jalan menggunakan motor mereka masing-masing.  
Kedekatan demi kedekatan mereka terjalin, hingga akhirnya nama Bunga pun melejit bagai roket, karena kabar kedekatan dia dengan Bima. Tak jarang, Bunga sering dilabrak oleh cewek-cewek yang menganggap Bunga adalah saingan terberat mereka, tapi Bunga tak pernah menggubris permasalahan itu, karena pada dasarnya Bunga tak pernah merasa mereka-mereka itu adalah saingannya, sebab Bunga dan Bima tak memiliki hubungan khusus yang dikira oleh teman-temannya itu.
Saat itu bunga menganggap Bima hanya sebagai SAHABAT, karena Bunga juga tahu diri, bahwasanya disini dia bukanlah siapa-siapa dibandingkan dengan cewek-cewek yang selalu memuja-muja si Bima. Berbeda dengan Bima, justru sebenarnya Bima merasa Bungalah cewek yang cocok untuk menjadi pendampingnya kelak. Namun Bima masih menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanya.
****
            6 bulan telah berlalu, tapi tetap masih saja Bima belum megatakan apa-apa tentang perasaannya, hingga selama itu pula hubungan diantara mereka berdua masih sebatas sahabat. Terdapat alasan tertentu, mengapa Bima tak segera menyatakan perasaannya. Alasan itu adalah karena dia kasihan terhadap Bunga, tak jarang dia juga sering datang sebagai pahlawan saat Bunga sedang menghadapi masalah-masalah yang disebabkan oleh cewek-cewek yang terlalu terobsesi terhadapnya.
Seperti saat kampus mereka mengadakan sebuah acara perkemahan di hutan, cewek-cewek itu mengusili Bunga hingga Bunga tersesat didalam hutan dan sulit mencari jalan kembali ke tenda, hingga akhirnya Bima yang mencari dan menemukan Bunga yang sedang menggigil ketakutan sendirian di tengah hutan.
Kamu gag apa..?” Tanya Bima.
Saking ketakutannya spontan Bunga langsung memeluk erat tubuh Bima sambil menangis.
Aku takut. Ucapnya disela tangis.
Udah, semuanya baik-baik aja kog. Kita balik ke tenda yuk..!” Ajak Bima sambil melepas jaket  yang sedang dipakainya dan memakaikannya ke tubuh Bunga.
****
            Waktu terus berlalu, dan seiring berjalannya waktu itu satu persatu cewek-cewek yang selalu usil terhadap Bunga mundur dan akhirnya menghilang. Sehingga hubungan antara Bima dan Bungapun juga semakin dekat. Tak pernah terfikir dalam benak bunga, bahwa semuanya akan menjadi seperti ini, bahkan dia tak pernah sekalipun untuk sekedar berani membayangkannya.
            “Bunga, nanti malam kamu ada waktu enggak..?” Tanya Bima disela waktu.
Gag ada sih, memangnya kenapa Bim..?”
Nanti malam aku datang kerumahmu, boleh enggak…?”
Boleh kog, silakan aja. Pintu rumahku selalu terbuka buat kamu kog. Hehehe...
Bener..?”
Bunga hanya bisa mengangguk perlahan ketika dia melihat keseriusan dimata cowok yang ada dihadapannya itu.
Yaudah, ntar malem aku kerumahmu, kamu siap-siap ea, (lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Bunga dan berkata) jangan lupa dandan yang cantik..!”
Bunga kaget mendengar kata-kata yang diucapkan Bima yang terakhir itu.
Hah..? buat apa..?”
Buat aku.
Ucapnya sambi tersenyum dan Bima langsung berlalu meninggalkan Bunga yang masih binggung akan ucapanya, karena tak biasanya si Bima menjadi seperti ini.
            Akhirnya malampun mulai menyapa, tanpa sadar Bunga mengikuti permintaan Bima. Kini jam menunjukkan pukul 7 malam, saat-saat itupun datang juga. Memang benar Bima datang kerumah Bunga, tapi dia tak sendirian, ternyata dia mengajak keluarga besarnya untuk ikut datang dalam malam itu.
“Bima, ngapa`in kamu juga ngajak keluarga besarmu kesini sih..?”
Bunga bingung dengan apa yang sedang dia alami itu
Aku tadi kan sudah bilang, kamu siap-siap ya dandan yang cantik buat aku. Dan ini sebenarnya maksudku datang kesini.”
Maksud kamu apha..? sumpah aku bener-bener gag ngerti.
Tanpa berfikir panjang, didepan keluarganya dan kedua orang tua Bunga dia berlutut yang membuka sebuah kotak kecil berisikan cincin berlian yang sangat cantik.
Maukah kamu menjadi orang terakhir dalam perjalanan cintaku, dan menjadi ibu dari anak-anakku kelak..?”
What..? ternyata Bima tak lagi menyatakan cintanya, tetapi dia langsung ingin melamar Bunga.
Tapi Bim, bagaimana dengan cewek-cewek yang sedang menggilaimu itu..?”
“Bunga, apa selama ini kamu belum yakin kalau aku hanya menganggap mereka sebagai teman..?”
Ya, tapi bagaimana harus kukatakan pada mereka..?”
Kamu tak perlu mengatakan apa-apa pada mereka, kamu hanya perlu menjawab pinanganku ini Bunga. Maukah kamu menjadi isteriku..?”
Awalnya Bunga bimbang untuk menjawab itu semua, tapi hal itu ditepisnya saat dia yakin bahwa sebenarya Bunga sangat mencintai Bima, ketika Bunga menolehkan pandangannya kepada kedua orang tuanya dan orang tua Bima, Dia menjadi yakin akan sesuatu itu.
Iya Bima, aku juga mencintaimu bahkan sangat mencintaimu.”
Jadi apakah kamu…?”
Iya, aku mau jadi isterimu” Ucapnya sambil tersenyum malu.
Bima langsung menyematkan cincin berlian itu kejari manis Bunga dan langsung mencium tangannya. Sejak saat itu hubungan mereka dari hanya sekedar sahabat langsung naik 2 tingkat menjadi sepasang calon suami isteri.
Sekian….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar