
Bunga, cewek manis yang pendiam, dan bisa dibilang
kutu buku ini hampir tak pernah dianggap oleh teman-teman kuliahnya. Tapi
dibalik itu semua dia sama seperti cewek-cewek yang lain, yang selalu bermimpi
untuk menjadi seorang puteri. Tapi itu hanyalah sebuah mimpi, yang takkan
pernah untuk menjadi nyata. Ya, hanya sebuah mimpi. Sebab, bagaimana dia bisa mewujudkan itu
semua…? Kalau diapun hanya sebagai “Bunga di tepi jalan” meski sebenarnya
indah, tapi tak seorangpun yang pernah
menganggapnya ada.
Sedang Bima, siapa sich yang tak mengenalnya…? Ketua
senat gitu, udah cakep, baik, supel,
pinter, berduit pula. Hemmz, tak ada yang tak mengenalnya. Bahkan hampir semua
cewek dikampus itu jatuh cinta dan berlomba untuk bisa menjadi pacarnya. Untung
motto hidup Bima adalah “aku gag mencari cewek untuk dijadikan pacar, tapi aku
mencari cewek untuk dijadikan calon isteri” jadi hanya seorang “puteri”
beruntunglah yang akan dipinangnya kelak.
****
Saat itu, bunga sedang mengendarai motor bebek
kesayangannya dengan bisa dibilang sedikit cepat. Sebenarnya dia mempunyai
firasat buruk untuk motornya, tapi akhirnya bunga tak menghiraukan apa kata
hatinya. Dan ternyata, jebret…! Ditengah jalan motor yang ditumpanginya oleng,
ban motornya menindas paku yang ada didepannya.
“Huft,
dasar paku sialan. Siapa sih yang sengaja naruh paku ditengah jalan seperti
ini…?” gerutunya sambil memaksakan diri untuk bersedia mendorong motor bebeknya ini.
Tapi dasar
nasib sudah sial, eh didekat-dekat jalan itu tak ada sama sekali tukang tambal
ban. Dia sudah berusaha mendorong
motornya kira-kira yah sekitar 500m dari tempat kejadian, tapi tetap tak ada yang namanya “Tukang Tambal Ban”, sampai akhirnya dia
memutuskan berhenti di trotoar untuk
beristirahat. Sambil berpangku tangan dia mulai menggerutu lagi.
“Tuhan…! Malang sekali nasib hambaMu ini. Ban motor
bocor, tak ada tukang tambal ban, tak ada dewa penolong pula. Lengkap sekali
penderitaanku hari ini. Tuhan, tolong dong kirimin hambaMu ini malaikat penolong, pasti hamba
sangat bersyukur sekali kalau ada yang menolong dan hamba pasti sangat beterima kasih sama
dia. Tolong kabulkan do`a ku ya Tuhan..! Aamiin….”
Ternyata do`a orang teraniaya itu lebih cepat terkabulkan
lho..! Apalagi sepertinya sang
dewi amor sedang menghampirinya, karena ada cowok yang tiba-tiba berhenti pas
didepan motor Bunga. Secara kebetulan pula
dia juga membawa
motor tuh, setelah si cowok itu membuka helm yang sedang dipakainya keluarlah
wajah asli cowok tersebut. Deng deng…
ternyata cowok itu adalah Bima. Bimapun segera mendekati Bunga
“Kamu
Bunga kan..? ngapain dijalan gini duduk sendiri..?”
Sontak Bungapun kaget saat
dia tau ternyata si Bima mengenalnya.
“Kog
kamu tau namaku sich..?”
Bima balik bertanya pada Bunga “lho emangnya
kenapa..? gag salah kan kalo
aku kenal sama anak yang satu kampus dengan aku…?”
“Ya
tak apa sih sebenarnya, Cuma heran aja. Ternyata kamu kenal juga ya sama cewek
yang kuper kayak aku gini.” Jelas bunga.
“Agh,
udalah gag usah pake acara ngebahas gitu.
Gag penting. Oia, kamu kenapa sendirian disini..? terus motor kamu kenapa…?”
Tanya si Bima dengan rada penasaran.
“Ban
motorku bocor. Dari mulai di depan kampus aku nyari-nyari tukang tambal ban,
tapi pada tutup semua.”
“Jadi
kamu mulai dari depan kampus sampek sini jalan sama nuntun motor ini
sendirian…?” Tanya
Bima.
“Ya,
gimana lagi.” Jawabnya pasrah.
Tanpa pikir panjang, Bima pun langsung mendekati
motor Bunga dan menuntun motor tersebut.
“Hei,
mau kau bawa kemana motorku.?” Sontak Bunga terkaget.
“Ya
aku bawa ke tukang tambal ban lah, udah bawa aja motorku..!”
“Lha
terus nanti gimana..?”
“Kamu
ikutin aku dari belakang, pake motorku. Kita bareng-bareng nyari tukang tambal
ban.”
Akhirnya Bungapun menuruti kemauan Bima.
Sejak saat itu semuanya berjalan
dan mengalir seperti air. Kini Bima sering, bahkan hampir setiap hari selalu
“mengantar” bunga sampai depan rumahnya, meski “mengantar” dalam kutip karena
jalan menggunakan motor mereka masing-masing.
Kedekatan demi kedekatan mereka terjalin, hingga
akhirnya nama Bunga pun melejit bagai roket, karena kabar kedekatan dia dengan
Bima. Tak jarang, Bunga sering dilabrak oleh
cewek-cewek yang menganggap Bunga adalah saingan terberat mereka, tapi Bunga
tak pernah menggubris permasalahan itu, karena pada dasarnya Bunga tak pernah
merasa mereka-mereka itu adalah saingannya, sebab Bunga dan Bima tak memiliki
hubungan khusus yang dikira oleh teman-temannya itu.
Saat itu bunga
menganggap Bima hanya sebagai SAHABAT, karena Bunga juga tahu diri, bahwasanya
disini dia bukanlah siapa-siapa dibandingkan dengan cewek-cewek yang selalu
memuja-muja si Bima. Berbeda dengan Bima, justru sebenarnya Bima merasa
Bungalah cewek yang
cocok untuk menjadi pendampingnya kelak. Namun Bima masih menunggu waktu yang
tepat untuk menyatakan perasaanya.
****
6 bulan telah berlalu, tapi tetap
masih saja Bima belum megatakan apa-apa tentang perasaannya, hingga selama itu
pula hubungan diantara mereka berdua masih sebatas sahabat. Terdapat alasan
tertentu, mengapa Bima tak segera menyatakan perasaannya. Alasan itu adalah
karena dia kasihan terhadap Bunga,
tak jarang dia juga sering datang sebagai pahlawan saat Bunga sedang menghadapi
masalah-masalah yang disebabkan oleh cewek-cewek yang terlalu terobsesi
terhadapnya.
Seperti saat kampus mereka mengadakan sebuah acara
perkemahan di hutan, cewek-cewek itu mengusili Bunga hingga Bunga tersesat didalam
hutan dan sulit mencari jalan kembali
ke tenda, hingga akhirnya Bima yang mencari dan menemukan Bunga yang sedang
menggigil ketakutan sendirian di tengah hutan.
“Kamu
gag apa..?” Tanya Bima.
Saking ketakutannya
spontan Bunga langsung memeluk erat tubuh Bima sambil menangis.
“Aku
takut.” Ucapnya disela
tangis.
“Udah,
semuanya baik-baik aja kog. Kita balik ke tenda yuk..!” Ajak Bima sambil melepas
jaket yang sedang dipakainya dan
memakaikannya ke tubuh Bunga.
****
Waktu terus berlalu, dan seiring
berjalannya waktu itu satu persatu cewek-cewek yang selalu usil terhadap Bunga
mundur dan akhirnya menghilang. Sehingga hubungan antara Bima dan Bungapun juga
semakin dekat. Tak pernah terfikir dalam benak bunga, bahwa semuanya akan
menjadi seperti ini, bahkan dia tak pernah sekalipun untuk sekedar berani
membayangkannya.
“Bunga, nanti malam kamu ada waktu
enggak..?” Tanya Bima disela waktu.
“Gag
ada sih, memangnya kenapa Bim..?”
“Nanti
malam aku datang kerumahmu,
boleh enggak…?”
“Boleh
kog, silakan aja. Pintu rumahku selalu terbuka buat kamu kog. Hehehe...”
“Bener..?”
Bunga hanya bisa mengangguk perlahan ketika dia
melihat keseriusan dimata cowok yang ada dihadapannya
itu.
“Yaudah,
ntar malem aku kerumahmu, kamu siap-siap ea, (lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Bunga dan berkata)
jangan lupa dandan yang cantik..!”
Bunga kaget mendengar kata-kata yang diucapkan Bima
yang terakhir itu.
“Hah..? buat
apa..?”
Ucapnya sambi tersenyum dan
Bima langsung berlalu meninggalkan Bunga yang masih binggung akan ucapanya,
karena tak biasanya si Bima menjadi seperti ini.
Akhirnya malampun mulai menyapa, tanpa sadar Bunga mengikuti permintaan
Bima. Kini jam menunjukkan pukul 7 malam, saat-saat
itupun datang juga. Memang benar Bima datang kerumah Bunga, tapi dia tak
sendirian, ternyata dia mengajak keluarga besarnya untuk ikut datang dalam malam
itu.
“Bima, ngapa`in
kamu juga ngajak keluarga besarmu kesini sih..?”
Bunga bingung dengan apa yang sedang dia alami itu
“Aku
tadi kan sudah bilang, kamu siap-siap ya dandan yang cantik buat aku. Dan ini
sebenarnya maksudku datang kesini.”
“Maksud
kamu apha..? sumpah aku bener-bener gag ngerti.”
Tanpa berfikir panjang, didepan keluarganya dan
kedua orang tua Bunga dia berlutut yang membuka sebuah kotak kecil berisikan
cincin berlian yang sangat cantik.
“Maukah
kamu menjadi orang
terakhir dalam perjalanan cintaku, dan menjadi ibu dari anak-anakku kelak..?”
What..? ternyata Bima
tak lagi menyatakan cintanya, tetapi dia langsung ingin melamar Bunga.
“Tapi
Bim, bagaimana dengan cewek-cewek yang sedang menggilaimu itu..?”
“Bunga, apa selama ini kamu belum yakin kalau aku
hanya menganggap mereka sebagai teman..?”
“Ya,
tapi bagaimana harus kukatakan pada mereka..?”
“Kamu
tak perlu mengatakan apa-apa pada mereka, kamu hanya perlu menjawab pinanganku
ini Bunga. Maukah kamu menjadi isteriku..?”
Awalnya Bunga bimbang untuk
menjawab itu semua, tapi hal itu ditepisnya saat dia yakin bahwa sebenarya
Bunga sangat mencintai Bima, ketika
Bunga menolehkan pandangannya kepada kedua orang tuanya dan orang tua Bima, Dia
menjadi yakin akan sesuatu itu.
“Iya
Bima, aku juga mencintaimu bahkan sangat mencintaimu.”
“Jadi
apakah kamu…?”
“Iya,
aku mau jadi isterimu” Ucapnya sambil
tersenyum malu.
Bima langsung menyematkan cincin berlian itu kejari
manis Bunga dan langsung mencium tangannya. Sejak
saat itu hubungan mereka dari hanya sekedar sahabat langsung naik 2 tingkat
menjadi sepasang calon suami isteri.
Sekian….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar