Jika
memang kamu tak pernah menganggap perasaan ini ada, tolong jangan buat rasa ini
menjadi semakin dalam untukmu Falan. Serasa telah terbiasa aku dengan
ucapan-ucapan kata manis dan janji-janjimu. Namun hatiku seakan hilang karena
telah termakan oleh sikap-sikap dinginmu yang terkadang membuatku merasa beku
karena berada di dalamnya. Menjauhlah bila aku bukanlah alasanmu untuk berada
disini, namun jangan pernah mendekat karena aku terlalu takut dengan rasa-rasa
aneh yang selama ini kita jalani. Dan maaf karena aku telah terlalu masuk
kedalam duniamu yang begitu terasa asing untukku.
Pernah
kau bilang “Aku bersyukur, karena setelah putus dengan Fitri aku gak merasakan
kekecewaan yang mendalam, seperti yang pernah aku lewati sebelumnya.”
“Emang
kalau cowok putus bisa galau juga ya..?” Tanyaku tak mengerti.
“Hmm,
ya iyalah. Setiap orang yang benar-benar cinta dan sayang dengan orang lain, tiap
kali putus juga akan merasakan yang namanya galau, dan sedih yang
berlarut-larut. Emm bagaikan sebagian tubuh yang telah tertanam di cor-coran
bangunan.” Jelasnya.
“Ough...”
Timbal balikku.
“Aku
bersyukur karena lebih diberi kesabaran dan ketabahan atas keputusan ini,
setelah aku putus dengan Fitri bukannya galau tapi malah pengen senyum terus,
seakan lebih bersemangat dan lebih bahagia.” Lanjutnya dengan menatap mataku
dalam-dalam.
Adakah
aku yang menjadi alasan kamu untuk tersenyum dan bersemangat itu Falan..? kenapa kamu menceritakan ini padaku..? kenapa
harus aku yang menerima tatapan ini...? tolong jangan terlalu lama menatapku
seperti ini.
“Eh
sorry, kenapa kita jadi buka sesi curhat gini yah..?” Ucapnya seraya
membuyarkan juga setiap pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dalam fikiranku.
Begitu
sulit aku menerjemahkan perasaan ini. Bagaimana bisa aku memiliki perasaan gila
ini, dan itu untuk seorang Falan yang selama ini sudah kuanggap sebagai saudara
seperjuangan sendiri..? Bahkan perasaan ini terlalu basi mengingat masa
pertemananku dengannya sudah 3 tahun lamanya. Terkadang aku sering memikirkan
sesuatu yang tidak terlalu penting tentangnya, tentang kegilaan sikapnya,
tentang setitik kebaikan darinya, bahkan tentang hal-hal bodoh yang pernah kita
lalukan bersama.
Pernah
kau bilang “cinta” bahkan terkadang sikapmu yang berbicara. Kepekaanmu tentang
apa yang kurasakan, meski aku adalah orang bodoh yang tak pernah bisa merasakan
apa yang sedang kamu siratkan untukku. Sering aku berfikir ini adalah guyonanmu
yang terasa sudah basi di telinga dan rasaku. Namun sekarang aku mulai
berfikir, akankah rasa yang aku rasakan saat ini akan menjadi kita yang merasakannya..?
bukan lagi aku atau hanya kamu. Seandainya semuanya itu benar adanya, berarti
aku benar-benar orang bodoh yang tidak pernah bisa mengartikan ini semua.
Ini beneran curhat ya??
BalasHapusHihihi..
hahaha apakah ada kisah cinta yang kesannya terlalu fiksi seperti ini...? :p
BalasHapus