#Risa
Cinta
cinta cinta. Tak bisakah rasa cinta berhenti sejenak dalam kehidupan manusia?.
Karena kufikir cinta itu terlalu banyak perjuangan, terlalu banyak pengorbanan,
dan terlalu banyak waktu yang tersita hanya karena memikirkannya. Wahai hati
yang telah terpenuhi olah rasa cinta, tak bisakah mencoba berfikir tentang
cinta yang selalu membutakan logika?. Hanya karena perasaan ini, hampir seluruh
manusia didunia telah menjadi korban sesuatu yang beratas namakan “cinta.”
Seperti sahabatku Mia.
Rasa
cintanya dengan Doni, tak cukup sebatas bunga yang ingin dihampiri oleh
kupu-kupunya. Tapi rasa cintanya telah menjelma seumpama penggila kesenian
wayang jawa, sekalipun yang terlihat hanyalah bayangannya, Mia sudah cukup
merasakan bahagia. Dalam diam Mia mencintainya, sejak matahari bersinar dengan
terang, hingga malam menyapa, dan berharap Doni sedang memandang langit dengan
bintang yang sama.
Sedang
kulihat Doni, rasanya tak aneh jika Mia mencintainya. Lelaki sederhana namun
terlihat begitu berwibawa, dengan iman yang selalu berpegang teguh dalam
dirinya. Mia pernah berkata “Malaikat itu tak harus tampan kan. Karena dia akan
tetap terlihat mempesona meski dengan penampilan yang sederhana.” Hmm setan apa
yang telah memasuki dirinya saat itu, hingga terlahir kata-kata yang aku
sendiri saja belum sempat memikirkannya. Yah, mungkin itu semua karena cintanya
kepada Doni, hingga Mia menjelma menjadi sosok pensyair cinta.
Mungkin
kalian mengira aku diam saja melihat sahabatku yang sedang dilanda cinta dalam
diam ini, hmm.. namun sayangnya aku tak pernah se-cuek itu. Ketika aku sedang
berjalan bersama Mia dan tanpa sengaja bertemu Doni, aku tak pernah segan-segan
untuk menyapa Doni, memperkenalkan Doni dengan Mia dan berusaha mengakrabkan
mereka. Aku selalu membayangkan jika mereka berdua menjadi sepasang kekasih,
mungkin akan menjadi “The Best Cuople” dikampus ini. Karena ketika Mia dan Doni
bersama, aku melihat gurat senyum bahagia digaris bibir mereka berdua. Apa
mungkin mereka saling jatuh cinta...? tak tahulah saya. Dan kuserahkan kisah
selanjutnya kepada Mia.
#Mia...
Sejak
Risa memperkenalkanku dengan Doni, entah mengapa sepanjang hariku serasa selalu
menjadi pagi. Tiada siang, sore dan tiada malam hari. Seakan matahari selalu
setia menjaga semangatku dalam mencintai bayangannya. Hmm,,, mencintai
bayangan. Benar sekali, meski itu hanya sekedar bayangan Doni, tapi aku sangat
mencintainya. Terlebih ketika dia benar-benar ada dihadapanku. Doni berhasil menyambarkan
petirnya pada hatiku, hingga aku tak pernah kuasa untuk memalingkan pandanganku
kepadanya. Astaga, bahkan sepertinya tak ada jeda sedikitpun untukku memikirkan
penyakit gangguan fungsi ginjal yang sedang kuderita sejak 6 bulan yang lalu.
Ah,
lupakan masalah penyakitku ini. Biarkan hanya dokter spesialis saja yang menanganinya.
Karena saat ini aku hanya bisa memikirkan Doni, sosok sederhana namun dapat
menyambarkan petir dihatiku yang cettar membahana. Bayangan dirinya tak pernah
lepas dari setiap kedipan mataku, bayangan dirinya tak pernah luput dari
ingatanku, dan bayangan dirinya tak pernah absen mewarnai imaji dalam hariku.
Sungguh cinta ini telah berhasil membuatku tekor. Tekor karena cinta dalam diam
ini telah menghabiskan 2 buku kuliahku penuh dengan coretan-coretan dan itu
hanya berisi tentang Doni.
Jam
4 sore nanti adalah sore yang paling membuatku bahagia. Doni mengajakku pergi
jalan-jalan, yah meskipun hanya sekedar main-main di taman. Tapi yang sangat
aku kesalkan, ketika aku membuka lemari dan melihat isinya. Kenapa tak ada baju
yang cocok untuk bisa dipakai keluar bersama Doni ya? Tak ada tas yang layak
pakai, dan yang paling menyebalkan adalah tak ada accesories yang bagus untuk
dikenakan nanti pas aku keluar bareng Doni. Astaga, gadis seperti apa aku ini.
Bahkan aku tak pernah sadar bila selama ini penampilanku biasa-biasa saja. Tak
ada yang menarik yang dapat dibanggakan dalam diriku. Hmm tapi satu hal yang
membuatku bangkit lagi, aku lupa kalau selama ini aku mempunyai Risa, sahabat
yang super sekali penampilannya. Jadi aku meminjam baju, tas, dan accesories
miliknya, serta menyuruhnya untuk mendadaniku agar terlihat cantik dihadapan
Doni nanti sore.
“Tarra...
princess Alita Miani telah siap untuk berkencan bersama pangeran Doni, Doni siapa ya nama panjangnya...?” ucap Risa
yang tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena tak tahu nama lengkap Doni.
“Doni
Alatas.” Sambungku.
“Nah,
itu dia maksudku Mia. Hehehe”
“Halah,
alasan.” Jawabku sedikit tertawa geli melihatnya.
“Ya
maklum dong Mia, aku kan bukan kamu yang katanya mencintai bayangan Doni.
Hahaha. Ah udah ah, yang penting sekarang kamu udah siap. Lihat tuh cantik
kan...!” Ucap Risa sambil mengarahkan cermin padaku.
Astaga,
bahkan aku tak pernah membayangkan bisa tampil secantik ini. Dress merah jambu
dengan kalung berbentuk hati sebagai gantungannya. Serta tas kulit warna hitam
milik Risa kali ini memang benar-benar membuatku merasa gadis paling beruntung
sore ini, karena akan bertemu walau hanya ngobrol bersama Doni Alatas. Cowok
yang paling aku cintai, sekalipun itu
bayangannya saja. Risa Risa, kamu memang sahabat paling top deh. Tak akan
pernah kulupakan jasa-jasamu ini sobat. Sekalipun aku mati, pasti akan
kusampaikan kepada Tuhan bahwa kamulah sahabat terbaik yang pernah hadir dalam
kehidupanku yang hanya sementara ini.
“Doni,
tunggu kedatanganku yah.” Ucapku dalam hati dan segera berangkat menemuinya di
taman. Dan tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepada Risa sambil mencium
pipinya. Hehehe hanya sebatas tanda terima kasih saja.
Jam
3.30 sore aku sudah sampai ditaman tempat aku dan Doni janjian. Hmz masih 30
menit lagi, tapi aku akan tetap menunggu disini, karena bagiku menunggu 30
menit bukanlah masalah apabila dibandingkan dengan rasa bahagiaku ketika nanti
aku bertemu dengan pemilik bayangan yang selama ini aku idamkan. Dan menunggu
30 menit bukanlah menjadi masalah apabila dibandingkan dengan rasa cettar
membahana yang selama ini aku rasakan jika bertemu dengan Doni, seorang manusia
yang mampu menyambarkan petirnya pada hatiku. Oh Tuhan jika dia memiliki rasa
yang sama denganku, apa yang akan dia katakan nanti kepadaku?. Dan aku menjadi
semakin tak sabar menunggunya hadir menemuiku disini.
Sore
kini telah berubah menjadi gelap, 2 jam sudah aku menunggunya di taman ini.
Doni dimana kamu? Apa kamu lupa dengan janjimu? Atau kamu sedang menyiapkan
hadiah untukku?. Sudahlah Doni, tak ada hadiahpun juga tak apa. Karena bagiku
kamu adalah hadiah paling indah yang pernah Tuhan berikan untukku. Tapi jika
kamu lupa akan janjimu, mungkin hari ini bukanlah hari yang baik untuk kita
berdua bersama. Satu hal yang harus kamu tahu, sekalipun ragamu tak pernah
datang menemuiku, aku akan tetap mencintai bayanganmu.
Doni,
sampai kini hujan membasahi lapisan tanah bumi. Tapi kenapa kamu tak segera
datang menemuiku? Apa kamu lupa jalan menuju taman ini?. Dress yang aku
kenakan, tas, serta make-up hasil karya polesan Risa kini mulai basah dan
meluntur. Tapi kamu tak segera datang menghampiriku. Apa maksud dan tujuanmu
saat ini Doni? Jelaskan!. Kini hawa dingin mulai merasuk dalam sela pori-pori
kulitku, bahkan aku tak tak bisa merasakan sedingin apa hawa ini. Karena rasaku
sudah habis untukmu. Tapi sepertinya rasaku saat ini berubah menjadi sakit,
sakit Doni. Aku merasakan sakit didalam perutku. Aku merasakan ada sesuatu yang
menusuknya, sakit yang teramat sangat kini benar-benar sedang aku rasakan.
Aku
membuka tas pinjaman dari Risa, berniat untuk mengambil obatku. Astaga obat itu
tak ada, bahkan aku juga lupa membawa HP. Dalam tas milik Risa ini yang ada
hanya dompetku, tak ada yang lain. Tuhan
lelucon apalagi ini, apa yang harus aku lakukan? Aku tak bisa lagi menahan rasa
sakit dalam perutku, aku tak mengenal siapa-siapa disini. Doni, dimana kamu?
Bahkan saat aku kesakitan seperti ini, kamu tak pernah berusaha datang
menemuiku. Sakit ini sungguh semakin membuatku menderita, sampai akhirnya aku
tak bisa mengingat apa-apa lagi.
#Risa
Dari
kamar kost, aku mendengar bunyi Handphone Mia sedari 1 jam yang lalu berdering
dengan kerasnya. Kuberanikan diri masuk ke kamarnya, kebetulan sebelum Mia
pergi, dia sempat menitipkan kunci kamarnya padaku. Langsung saja kuhampiri
Handphone Mia, ternyata Doni yang menelfon. Tapi bukannya tadi Mia pamit keluar
sama Doni ya? Lalu maksud Doni apa?.
“Hallo...”
langsung saja aku angkat tlp dari Doni ini.
“Mia,
kamu kemana aja sih? Kamu tadi nungguin aku di taman ya? Maaf banget ya,
mendadak tadi pak dekan pengen ketemu, jadi aku harus nemuin beliau. Maaf
banget ya? Sekarang kamu dimana?” kudengar cerocos cowok satu ini
mengagetkanku.
“Hah,
jadi kamu dari tadi belum nemuin Mia? Kamu tau Doni, sampek sekarang dia belum
juga nyampek kost. Dia pasti masih nungguin kamu disana. Oh iya, ini aku Risa.”
“Astaga
jadi... oke Ris, aku bakal nyusulin Mia sekarang. Makasih ya...” tut tut
tuuut... dengan seenaknya saja Doni mematikan tlpnya secara sepihak. Hmm
yasudahlah.
Kukembalikan
Handphone Mia ke meja belajarnya. Astaga selain lupa membawa handphone,
sepertinya dia juga lupa membawa obatnya. Lalu bagaimana dia sekarang? Ternyata
dibawah botol obat-obatan itu Mia juga melupakan amplop kecil, hmm sepertinya
itu surat. Kuambil amplop itu dan bertuliskan “Dear Doni, sang petir bayangan”
aku yakin surat itu yang akan Mia berikan untuk Doni waktu mereka berencana
keluar bersama. Mendadak hati ini berubah menjadi gelisah, dan perasaan ini
beralih menjadi rasa khawatir yang sulit diungkap oleh kata. Tanpa berfikir
panjang, langsung saja aku susul Doni yang sedang menemui Mia.
“Mia
di rumah sakit...”
Langsung
saja aku menemui Mia dirumah sakit, ternyata Doni masih disana menungguinya. Duduk sendiri, sepertinya kini hatinya
telah dipenuhi dengan rasa penyesalan. Aku duduk disampingnya, memberikan surat
yang telah ditulis Mia untuknya.
“Dia
ninggalin ini dikamarnya, sepertinya ini buat kamu yang ketinggalan tadi pas
dia semangat pergi cuma pengen ketemu sama kamu.” Ucapku singkat.
Langsung
saja Doni membaca surat itu...
Mencintai
Bayangan
Konyol memang...
Ketika rasa cinta datang, tapi aku
tak pernah berani mengutarakannya
Ketika sambaran petirmu mampu
membuat hatiku mencintaimu
Mencintai bayanganmu adalah hal
yang membuatku cukup
Cukup merasakan bahagia meski aku
tak pernah tahu tentang hatimu
Adakah hatimu juga senantiasa
merasakan hal yang sama denganku....?
“Aku juga mencintaimu Mia.” Kudengar
desah suara itu keluar dari bibir Doni usai membaca surat dari Mia.
Tapi semuanya sudah terlambat. Ginjal
yang sudah tidak berfungsi, dan tidak adanya pendonor ginjal saat itu juga,
menyebabkan Mia tak bisa ditolong lagi. Mia tak akan pernah tahu bila rasanya
itu ternyata terbalas. Doni juga mencintaimu Mia. Bangun sobat. Lihat, kamu
tidak lagi hanya sekedar mencintai bayanganya, tapi kamu bisa memiliki dan
memeluknya saat ini juga. Namun sepertinya kamu akan merasa lebih bahagia bila melihat
Doni dari surga. Tenanglah bersama Tuhan Mia. Aku menyayangi, dan Doni
mencintaimu.
Mantap nih crita..
BalasHapusknp slalu sad ending sih..
hihihi..
hohoho
Hapusini cerpen request dari salah satu temenku dhan. ^_^
kritik n saran di blog ku donk.. Hahahaha..
HapusIni juga yang tak share.. Makasih.. buat isi blog ku n bntu promosi cerpen kamu nih.. Hahahaha..
BalasHapusliat disini http://12amadhaniazhar1.blogspot.com
wkwkwkwk senang bisa bekerja sama. :P
BalasHapus