Rabu, 15 Mei 2013

CINTA lagi CINTA


Jatuh cinta itu sering membuat kita menjadi orang yang aneh, membuat kita sering berfikir bagaimana cara untuk mendapatkan perhatian dari orang yang sedang kita cintai. Sok baik, sok alim, sampai sok berpura-pura lupa bila salah satu barang yang berharga buat kita sedang tertinggal di rumahnya, padahal kita sendiri yang sengaja meninggalkan barang itu agar orang yang kita cintai bisa tahu bahwa barang itu adalah barang berharga buat kita, dan bisa membahasnya lagi seakan-akan barang itulah jimat penuntun kita dalam menjalani kehidupan ini.
Jatuh cinta itu terkadang membuat kita seperti orang yang sedang menyandang status tuna grahita. Sering gigit-gigit kuku, membayangkan hal yang belum tentu akan terjadi pada kita, bahkan menuntut sahabat kita sendiri agar mereka mau mendengarkan segala cerita kita tentangnya, seakan-akan sahabat kita adalah peramal profesional yang tahu semua tentang hati orang yang sedang kita cintai dan tahu bagaimana cara menakhlukan hati orang itu. Sedangkan tanpa kita sadari kita akan menuntut sahabat kita ini menjadi seseorang yang kepo dan kita menjadi pengikut orang-orang kepo. Okeh lengkap sudah.

Selasa, 14 Mei 2013

Tolong Jangan Lanjutkan Ini...!

"Tama, aku perintahkan untuk kamu. Tolong jangan lanjutkan ini...!”
Sudah ratusan kali aku mengucapkan kata sandi itu, tapi Tama tak mau bangun dari tidurnya. Aku berusaha membuang segala pikiran burukku tentang dirinya, karena aku yakin ini hanyalah satu dari sekian ribu kejahilan Tama untukku. Aku yakin ini adalah skenario Tama agar dia dapat memancing air mataku keluar lagi untuknya, setelah adanya adegan mobil sedan yang menyerempet tubuhnya. Dan aku yakin setelah ini Tama akan bangun dengan senyum penuh kemenangannya. Lalu mengejekku dengan sebutan “KECENG (KEila CengENG)” agh aku capek.
“Tama kamu menang, sekarang bangun dan segera kita pulang. Atau kamu aku tinggal.” Aku berdiri disebelah tubuhnya yang sedang terlentang, dan bersiap seolah-olah aku akan segera meninggalkannya.
Tapi sepertinya Tama tak benar-benar ingin mengakhiri kejahilannya. Dia tak bergerak sedikitpun. Dan kerumunan orang disekitarku kini menjadi bertambah banyak. Aku melihat darah mengalir dikepala sebelah kirinya, aku melihat goresan luka ditangannya, dan aku melihat Tama tak lagi mau menggerakkan tubuhnya.