Kunang-kunang
itu...
Aku tak pernah bisa sekuat dia, yang
rela menyalakan tubuhnya dikala malam menerobos waktunya. Aku tak pernah bisa
setegar dia, yang tak pernah berhenti menerangi danau ini, ketika kegelapan
membelenggunya. Yah. Danau ini kini menjadi tempat favoritku, sejak aku tahu
mereka ada disana. Entah sudah berapa lama aku selalu datang ke danau ini. Ketika
senja terakhir mulai menyapa sang bintang, ketika itu pula aku berlari menuju
kawasan ini, dan mulai menikmati keindahan warna mereka. Kunang-kunang yang
selalu membuat hatiku sedamai dirumah.
Aku ingin kembali kerumah, kembali
merasakan hangatnya pelukan Ibu dan mendengarkan segala ungkapan kata bijak
dari ayah, aku merindukannya. Aku tahu ini semua memang salahku. Jika dulu aku
tak pernah memaksa ayah untuk membelikannu sebuah mobil mewah, mungkin ayah
tidak akan pernah terperosok kedalam lubang tikus yang menghantarkannya untuk
mengambil jalan pintas agar aku bahagia. Ayahku korupsi, beliau mengambil
beberapa jatah gaji bawahannya. Dulu ayahku bekerja sebagai kepala staf HRD di
sebuah perusahaan besar di kota Surabaya. Tapi setelah kejadian itu, ayah
dipecat dan dijebloskan kedalam penjara. Aku tak pernah tahu pasti berapa tahun
hukumannya, mungkin sekitar 5 tahun penjara. Sedangkan ibu meninggal akibat
serangan jantung mendadak ketika ketok palu dari sang hakim berbicara.